TINJAUAN
TEORI OSTEOPOROSIS
1. PENGERTIAN OSTEOPOROSIS
Osteoporosis
adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai
oleh penurunan densitas masa tulang dan perburukan makroarsitektur tulang
hingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. (Ilmu
Penyakit Dalam Jilid
III, 2650)
osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik
yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah.
(national Institute Of health (NIH) 2001)
Osteoporosis adalah penyakit tulang
metabolic yang ditandai dengan penurunan
densesitas tulang yang parah sehingga mudah terjadi fraktur tulang. (corwin,
340)
Osteoporis adalah penurunan masa total tulang
yang diakibatkan oleh perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan
resorpsi tulang lebih besar dari pada
kecepatan pembentukan tulang. (KMB)
2. Bagaimana
patofisiologi osteoporosis
Dalam keadaan normal akan terjadi proses
resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling) secara terus-menerus dan
terjadi secara seimbang. Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya
proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi
penurunan massa tulang. Struktur
tulang pada penderita osteoporosis menjadi rapuh.
Pengeroposan terjadi baik pada tulang kompak maupun tulang spons.
Kerja osteoklast ( sel
penghancur struktur tulang)
melebihi osteoblast
(sel pembentuk tulang) sehingga
kehilangan massa tulang tidak dapat dihindari dan kepadatan tulang menjadi berkurang. Akibatnya tulang menjadi
keropos, tipis dan mudah mengalami patah, terutama pada tulang pergelangan, dan tulang belakang. Pada umumnya pertumbuhan tulang manusia
lengkap pada usia 30 tahun, selain tulang diperbaharui oleh lingkaran
remodeling dimana sel-sel yang yang terdapat digantikan oleh osteoklast
sehingga setelah beberapa hari terbentuk beberapa rongga resorbsi kemudian
osteoklast akan digantikan oleh osteoblast. Densitas tulang menurun bila
osteoklast membentuk suatu rongga yang abnormal sehingga tulang kehilangan
trabekularnya. Ini terjadi pada periode pasca menopause. Selain itu massa
tulang hilang bila osteoblast gagal mengisi rongga resorbsi sehingga terlihat
sebagai penipisan trabekula yang tampak pada usia tua. Osteoporosis terjadi
oleh karena hasil abnormal dari proses remodeling tulang dimana resorbsi tulang
melampaui pembentukan tulang.
Osteoporosis terjadi juga karena adanya
interaksi yang menahun antara
penyebab dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi : usia, jenis kelamin, ras keluarga, dan bentuk tubuh. Faktor lingkungan
meliputi : life style
misalnya merokok, minum
alkohol,
kopi, defisiensi vitamin D dan gizi, jarang
berolahraga, dan pemakaian obat-obatan seperti kortikosteroid. Kedua faktor diatas akan menyebabkan
melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium
bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang
menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak
dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total
yang disebut osteoporosis.
3. Uraikan
penyebab osteoporosis
Kecepatan pembentukan
tulang berkurang secara progresif sejalan dengan usia, yang dimulai usia
sekitar 30 atau 40 tahun. Semakin padat tulang sebelum usia tersebut, semakin
kecil kemungkinan terjadi osteoporosis. Resorpsi tulang mulai melebihi
pembentukan tulang pada usia dekade keempat atau kelima, pada wanita penipisan
tulang yang paling signifikan terjadi selama dan setelah menopause. Penurunan
estrogen pasca menopause tampak sangat berperan dalam perkembangan ini pada
populasi wanita lansia. Diperkirakan bahwa estrogen menstimulasi aktivitas
osteoblast dan membatasi efek stimulasi osteoclast pada hormone paratiroid.
Dengan demikian penurunan estrogen menyebabkan perubahan besar pada aktivitas
osteoclast. Pria lansia kurang rentan mengalami osteoporosis karena mereka
biasanya memiliki tulang yang lebih padat daripada wanita (sekitar 30%), dan
kadar hormone reproduktif tetap tinggi sampai pria mencapai usia 80-an. Untuk
pria dan wanita, penyebab lain osteoporosis adalah penurunan aktivitas fisik
dan ingesti obat tertentu, termasuk kortikosteroid dan beberapa antacid yang
mengandung aluminium yang meningkatkan eliminasi kalsium (Corwin.2009).
Penyebab lainnya diakibatkan oleh kurangnya vitamin D dan kalsium serta karena
keadaan medis penyerta (sindrom malabsorpsi, intoleransi laktosa,
penyalahgunaan alcohol, gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan endokrin.
4. Uraikan
factor risiko osteoporosis
Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan
1)
Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko terkena osteoporosis
lebih besar daripada pria. Sekitar 80% diantara penderita osteoporosis adalah
wanita. Resiko terkena osteoporosis lebih besar setelah wanita mengalami
menopause, karena setelah menopause kadar estrogen yang diproduksi ovarium
turun drastis. Estrogen berperan penting dalam menjaga kekuatan tulang dengan
cara membantu sel pembentuk tulang, sedangkan estrogen ini mulai turun kadarnya
dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Pada kenyataannya, semakin cepat menopause,
semakin besar resiko timbulnya osteoporosis. Pada umumnya, wanita mengalami
menopause pada usia 45-55 tahun.
2)
Umur
Semakin tua umur seseorang, resiko terkena
osteoporosis menjadi semakin besar. Osteoporosis merupakan kejadian alami yang
terjadi pada tulang manusia sejalan dengan meningkatnya usia. Proses densitas
(kepadatan) tulang hanya berlangsung sampai seseorang berusia 25 tahun.
Selanjutnya, kondisi tulang akan tetap (konstan) hingga usia 40 tahun. Setelah
umur 40 tahun, densitas tulang mulai berkurang secara perlahan. Oleh karenanya,
massa tulang akan berkurang seiring dengan proses penuaan. Berkurangnya massa
tulang ini akan berlangsung terus sepanjang sisa hidup. Dengan demikian,
osteoporosis pada usia lanjut terjadi akibat berkurangnya massa tulang. Pada
lansia, kemampuan tulang dalam menghindari keretakan akan semakin menurun.
Kondisi ini juga diperparah dengan kecenderungan rendahnya konsumsi kalsium dan
kemampuan penyerapannya. Timbulnya berbagai penyakit pada lansia juga akan
semakin menurunkan kemampuan penyerapan kalsium maupun meningkatnya pengeluaran
kalsium.
3)
Ras
Semakin terang kulit seseorang maka resiko
terkena osteoporosis menjadi semakin tinggi. Ras Kaukasia dan Asia memiliki
insiden terkena osteoporosis yang lebih besar dibandingkan dengan Ras
Afrika-Amerika. Wanita Afrika-Amerika memiliki massa tulang yang lebih padat,
rangka tulang dan massa otot yang lebih besar. Antara massa tulang dan massa
otot terdapat kaitan yang erat. Semakin besar otot, tekanan pada tulang semakin
tinggi dan tulang semakin besar. Ditambah lagi kadar hormone estrogen ras
Afrika-Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan ras yang lain sehingga wanita
Afrika-Amerika cenderung lebih lambat menua daripada wanita kulit putih.
Pigmentasi kulit dan tempat tinggal juga mempengaruhi terjadinya osteoporosis.
Wanita Afrika berkulit gelap dan bertempat tinggal dekat dengan garis
khatulistiwa memiliki resiko osteoporosis yang lebih rendah daripada wanita
berkulit putih yang tinggal jauh dari garis khatulistiwa, misalnya negara-negara
Norwegia dan Swedia.
4)
Riwayat
keluarga
Bila salah seorang anggota keluarga (ibu atau
nenek) memiliki massa tulang yang rendah atau mengalami osteoporosis maka ada
kecenderungan seseorang mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal
yang sama.
5)
Tipe
tubuh
Semakin kecil rangka tubuh maka semakin besar
resiko terkena osteoporosis. Demikian pula dengan wanita yang mempunyai tubuh
kurus cenderung mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena osteoporosis
daripada yang mempunyai bentuk tubuh yang lebih besar.
6)
Menopause
Pada masa menopause terjadi kehilangan kalsium
dari jaringan tulang. Osteoporosis pada menopause terjadi akibat jumlah
estrogen dan progesterone menurun. Hormone estrogen diproduksi wanita dari
massa kanak-kanak sampai dewasa. Pada massa menopause, hanya bagian tubuh
seperti kelenjar adrenalin dan sel-sel lemak yang memproduksi estrogen, itupun
dalam jumlah yang kecil. Hormone tersebut diperlukan utnuk pembentukan tulang
dan mempertahankan massa tulang. Rendahnya hormone estrogen dalam tubuh akan
membuat tulang menjadi keropos dan mudah patah. Selain karena meningkatnya
umur, menopause dapat juga terjadi karena pengangkatan ovarium pada wanita.
Umumnya pengangkatan ovarium dilakukan sebagai solusi akhir dari penanganan
penyakit kandungan, misalnya disebabkan adanya penyakit kanker dan lainnya.
Faktor
resiko yang dapat dikendalikan
Faktor
resiko yang dapat dikendalikan maksudnya yaitu bila faktor-faktor penyebab
tersebut dilaksanakan dengan benar maka hal-hal yang tidak diinginkan dapat
diantisipasi.
1)
Merokok
Resiko terkena osteoporosis pada perokok dua
kali lebih besar disbanding dengan yang bukan perokok. Hal ini disebabkan
kandungan zat nikotin yang ada pada rokok akan mempercepat penyerapan tulang.
Selain itu, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormone estrogen dalam
tubuh berkurang, sehingga susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses
pelapukan.
2)
Malas
olahraga teratur atau kurangnya beraktivitas.
Olahraga yang tidak teratur akan memicu
terjadinya osteoporosis, karena olahraga berfungsi memicu sel tulang untuk
lebih aktif membentuk massa, sehingga terbentuk tulang yang kuat. Wanita yang
malas olahraga akan terhambat proses pembentukan massa tulangnya (osteoblast),
juga kepadatan tulang akan berkurang.
3)
Peminum
kopi yang berlebihan
Yang dimaksud peminum kopi yang berlebihan
adalah apabila seseorang minum kopi tiga cangkir sehari. Apabila hal ini
terjadi selama dua minggu saja, maka kafein yang terkandung dalam kopi akan
meningkatkan air seni peminum kopi tersebut dan kandungan air seni yang keluar
ini lebih banyak mengandung kalsium. Karena kalsium banyak terbuang melalui air
seni, akan mengakibatkan terjadinya pengeroposan tulang.
4)
Diet
yang buruk
Bila makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi
akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan tulang. Makanan sumber kalsium,
fosfor dan vitamin D yang dikonsumsi cukup sejak usia dini dapat membantu
memperkuat massa tulang, mencegah pengaruh negatif dari berkurangnya
keseimbangan kalsium dan mengurangi tingkat kehilangan massa kalsium pada
tahun-tahun selanjutnya.
5)
Minum
minuman beralkohol
Konsumsi alcohol dalam jumlah yang banyak
(lebih dari 2 gelas sehari) dapat merugikan kesehatan karena akan mengganggu
proses metabolisme kalsium pada tubuh. Alcohol dapat menyebabkan luka –luka
kecil pada dindin lambung yang terjadi beberapa saat setelah minum-minuman
beralkohol. Banyaknya luka –luka kecil akibat minum minuman beralkohol akan
menyebabkan pendarahan. Hal ini daoat menyebabkan tubuh kekurangan banyak
kalsium karena kalsium banyak terdapat dalam darah.
5. Uraikan
apa saja komplikasi osteoporosis
Pada tahap lanjut penyakit, penurunan densitas
tulang mulai tampak sehingga pasien rentan terhadap fraktur. Karena terapi
fraktur sering mengharuskan imobilisasi jangka panjang pada pasien usia lanjut,
komplikasi yang dapat muncul seperti konstipasi, pneumonia, tromboembolus paru,
sering terjadi dan biasanya merupakan penyebab utama kematian.
Osteoporosis
mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah
trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan
6. Bagaimana
penanganan dan pencegahan osteoporosis
PENATALAKSANAAN
·
Diet kaya kalsium vitamin D yang
mencukupi dan seimbang sepanjang hidup dengan peningkatan asupan kalsium pada
permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Terdiri atas tiga gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain
yang tinggi kalsium (missal keju swiss, brokoli kukus, salmon kaleng dengan
tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu
diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
·
Pada menopause, terapi penggantian
hormone (HRT=hormone replacement therapy)
dengan estrogen dan progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan
tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Terapi
esterogen sering dihubungkan dengan sedikit peningkatan insiden kanker payudara
dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa payudaranya tiap bulan
dan diperiksa panggulnya, termasuk usapan papanicolau dan biopsy endometrial
(bila ada indikasi) sekali atau dua kali setahun.
·
Obat-obat lain yang dapat diresepkan
untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium flourida, dan natrium
etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan
secara injeksi subkutan atau intramuscular. Efek samping (misalnya gangguan
gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urine) biasanya ringan dan hanya
kadang-kadang dialami. Natrium flourida memperbaiki aktivitas osteoblatik dan
pembentukan tulang; namun kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian.
Namun etidronat yang menghalangi resorpsi tulang osteoblastik sedang dalam
penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis.
PENCEGAHAN
·
Anjurkan penderita untuk melakukan
aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara kekuatan, kelenturan dan koordinasi
system neuromuscular serta kebugaran, sehingga dapat mencegah risiko terjatuh.
Berbagai latihan yang dapat dilakukan meliputi berjalan 30-60 menit/hari,
bersepeda maupun berenang.
·
Jaga asupan kalsium 1000-1500 mg/hari,
baik melalui makanan sehari-hari maupun suplementasi.
·
Hindari merokok dan minum alcohol
·
Diagnosis dini dan terapi yang tepat
terhadap defisiensi testosterone pada laki-laki dan menopause awal pada wanita
·
Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan
yang dapat menimbulkan osteoporosis
·
Hindari mengangkut barang-barang yang
berat pada penderita yang sudah osteoporosis
·
Hindari berbagai hal yang dapat
menyebabkan penderita terjatuh, misalnya lantai yang licin, obat-obat sedative,
dan obat anti hipertensi yang dapat menyebabkan hipotensi ortostatik.
·
Hindari defisiensi vitamin D, terutama
pada orang-orang yang kurang terpajan pada sinar matahari atau pada penderita
fotosensitivitas, misalnya SLE. Bila diduga ada defisiensi vitamin D, maka
kadar 25(OH)D serum harus diperiksa. Bila serum 25 (OH)D menurun maka
suplementasi vitamin D 400 IU/hari atau 800 IU/hari pada orang tua harus
diberikan. Pada penderita dengan gagal ginjal, suplementasi 25(OH)D harus
dipertimbangkan.
·
Hindari peningkatan ekskresi kalsium
lewat ginjal dengan membatasi asupan Natrium sampai 3 gram/hari untuk
meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal. Bila ekskresi kalsium lebih
dari 300 mg/hari maka berikan diuretic tiazid dosis rendah (HCT 25 mg/hri).
·
Pada penderita yang memerlukan
glukokortikoid dosis tinggi dan jangka panjang, usahakan pemberian
glukokortikoid dengan dosis serendah mugkin dan sesingkat mungkin.
·
Pada penderita Arthtritis Rheumatoid dan
arhttritis inflamasi lainnya, sangat penting mengatasi aktifitas penyakitnya,
karena hal ini akan mengurangi rasa nyeri dan penurunan densitas massa tulang
akibat arthtritis inflamasif yang aktif.
Daftar
Pustaka
- Anonym.
2009. http://anakkomik.blogspot.com/2009/12/dasar-dasar-pemeriksaan-densitas-massa.html
(akses : 7 November 2011)
2. Dochterman, Joanne McCloskey. 2004. Nursing
Interventions Classification (NIC) Fourth Edition. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier.
- Mansjoer,
Arif. Kapita Selekta Kedokteran.ed.
3. Jakarta: Media Aesculapius.
4. Moorhead, Sue. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St.
Louis, Missouri: Mosby
Elsevier
5.
NANDA
Internasional 2010. Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC
6.
Purwoastuti,
Endang. 2009. Waspada! Osteoporosis.
Yogyakarta : Kanisius
- Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC
8. Setiohadi,
Bambang. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Volume
III. Jakarta : Internapublising
- Smeltzer,
Suzanne C & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk. Editor
edisi bahasa Indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC
10. Team
Medicastore. 2010. Pencegahan
Osteoporosis. Web. http://www.medicastore.com/osteoporosis/artikel_utama/21/Pencegahan_Osteoporosis.html
(akses : 11/8/2011)
11.
The National Osteoporosis Foundation. Moving Savely/Protecting The Spine.
2011. http://www.nof.org/aboutosteoporosis/preventingfalls/preventingfalls
(Akses : 8/11/2011)
12.
The National Osteoporosis Foundation. Preventing Falls and Broken Bones. 2011.
http://www.nof.org/aboutosteoporosis/preventingfalls/preventingfalls
(Akses : 8/11/2011)
- Wirakusumah, Emma S. 2007. Mencegah Osteoporosis. Jakarta :
Penebar Swadaya