Minggu, 04 November 2012

OSTEOPOROSIS


TINJAUAN TEORI OSTEOPOROSIS


1. PENGERTIAN OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas masa tulang dan perburukan makroarsitektur tulang hingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. (Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2650)
osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah. (national Institute Of health (NIH) 2001)
Osteoporosis adalah penyakit tulang metabolic  yang ditandai dengan penurunan densesitas tulang yang parah sehingga mudah terjadi fraktur tulang. (corwin, 340)
Osteoporis adalah penurunan masa total tulang yang diakibatkan oleh perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang  lebih besar dari pada kecepatan pembentukan tulang. (KMB)
 
2.      Bagaimana patofisiologi osteoporosis
Dalam keadaan normal akan terjadi proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling) secara terus-menerus dan terjadi secara seimbang. Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang. Struktur  tulang pada penderita osteoporosis menjadi rapuh. Pengeroposan terjadi baik  pada tulang kompak maupun tulang spons.
Kerja osteoklast ( sel penghancur struktur  tulang) melebihi osteoblast (sel pembentuk tulang) sehingga kehilangan massa tulang tidak dapat dihindari dan kepadatan tulang menjadi berkurang. Akibatnya tulang menjadi keropos, tipis dan mudah mengalami patah, terutama pada tulang  pergelangan, dan tulang belakang. Pada umumnya pertumbuhan tulang manusia lengkap pada usia 30 tahun, selain tulang diperbaharui oleh lingkaran remodeling dimana sel-sel yang yang terdapat digantikan oleh osteoklast sehingga setelah beberapa hari terbentuk beberapa rongga resorbsi kemudian osteoklast akan digantikan oleh osteoblast. Densitas tulang menurun bila osteoklast membentuk suatu rongga yang abnormal sehingga tulang kehilangan trabekularnya. Ini terjadi pada periode pasca menopause. Selain itu massa tulang hilang bila osteoblast gagal mengisi rongga resorbsi sehingga terlihat sebagai penipisan trabekula yang tampak pada usia tua. Osteoporosis terjadi oleh karena hasil abnormal dari proses remodeling tulang dimana resorbsi tulang melampaui pembentukan tulang.
 
Osteoporosis terjadi juga karena adanya interaksi yang menahun antara penyebab dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi : usia, jenis kelamin, ras keluarga, dan bentuk tubuh. Faktor lingkungan meliputi : life style misalnya merokok, minum alkohol, kopi, defisiensi vitamin D dan gizi, jarang berolahraga, dan pemakaian obat-obatan seperti kortikosteroid. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.
 
3.      Uraikan penyebab osteoporosis
Kecepatan pembentukan tulang berkurang secara progresif sejalan dengan usia, yang dimulai usia sekitar 30 atau 40 tahun. Semakin padat tulang sebelum usia tersebut, semakin kecil kemungkinan terjadi osteoporosis. Resorpsi tulang mulai melebihi pembentukan tulang pada usia dekade keempat atau kelima, pada wanita penipisan tulang yang paling signifikan terjadi selama dan setelah menopause. Penurunan estrogen pasca menopause tampak sangat berperan dalam perkembangan ini pada populasi wanita lansia. Diperkirakan bahwa estrogen menstimulasi aktivitas osteoblast dan membatasi efek stimulasi osteoclast pada hormone paratiroid. Dengan demikian penurunan estrogen menyebabkan perubahan besar pada aktivitas osteoclast. Pria lansia kurang rentan mengalami osteoporosis karena mereka biasanya memiliki tulang yang lebih padat daripada wanita (sekitar 30%), dan kadar hormone reproduktif tetap tinggi sampai pria mencapai usia 80-an. Untuk pria dan wanita, penyebab lain osteoporosis adalah penurunan aktivitas fisik dan ingesti obat tertentu, termasuk kortikosteroid dan beberapa antacid yang mengandung aluminium yang meningkatkan eliminasi kalsium (Corwin.2009). Penyebab lainnya diakibatkan oleh kurangnya vitamin D dan kalsium serta karena keadaan medis penyerta (sindrom malabsorpsi, intoleransi laktosa, penyalahgunaan alcohol, gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan endokrin.


4.      Uraikan factor risiko osteoporosis 
Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan
1)      Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko terkena osteoporosis lebih besar daripada pria. Sekitar 80% diantara penderita osteoporosis adalah wanita. Resiko terkena osteoporosis lebih besar setelah wanita mengalami menopause, karena setelah menopause kadar estrogen yang diproduksi ovarium turun drastis. Estrogen berperan penting dalam menjaga kekuatan tulang dengan cara membantu sel pembentuk tulang, sedangkan estrogen ini mulai turun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Pada kenyataannya, semakin cepat menopause, semakin besar resiko timbulnya osteoporosis. Pada umumnya, wanita mengalami menopause pada usia 45-55 tahun.
2)      Umur
Semakin tua umur seseorang, resiko terkena osteoporosis menjadi semakin besar. Osteoporosis merupakan kejadian alami yang terjadi pada tulang manusia sejalan dengan meningkatnya usia. Proses densitas (kepadatan) tulang hanya berlangsung sampai seseorang berusia 25 tahun. Selanjutnya, kondisi tulang akan tetap (konstan) hingga usia 40 tahun. Setelah umur 40 tahun, densitas tulang mulai berkurang secara perlahan. Oleh karenanya, massa tulang akan berkurang seiring dengan proses penuaan. Berkurangnya massa tulang ini akan berlangsung terus sepanjang sisa hidup. Dengan demikian, osteoporosis pada usia lanjut terjadi akibat berkurangnya massa tulang. Pada lansia, kemampuan tulang dalam menghindari keretakan akan semakin menurun. Kondisi ini juga diperparah dengan kecenderungan rendahnya konsumsi kalsium dan kemampuan penyerapannya. Timbulnya berbagai penyakit pada lansia juga akan semakin menurunkan kemampuan penyerapan kalsium maupun meningkatnya pengeluaran kalsium.
3)      Ras
Semakin terang kulit seseorang maka resiko terkena osteoporosis menjadi semakin tinggi. Ras Kaukasia dan Asia memiliki insiden terkena osteoporosis yang lebih besar dibandingkan dengan Ras Afrika-Amerika. Wanita Afrika-Amerika memiliki massa tulang yang lebih padat, rangka tulang dan massa otot yang lebih besar. Antara massa tulang dan massa otot terdapat kaitan yang erat. Semakin besar otot, tekanan pada tulang semakin tinggi dan tulang semakin besar. Ditambah lagi kadar hormone estrogen ras Afrika-Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan ras yang lain sehingga wanita Afrika-Amerika cenderung lebih lambat menua daripada wanita kulit putih. Pigmentasi kulit dan tempat tinggal juga mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Wanita Afrika berkulit gelap dan bertempat tinggal dekat dengan garis khatulistiwa memiliki resiko osteoporosis yang lebih rendah daripada wanita berkulit putih yang tinggal jauh dari garis khatulistiwa, misalnya negara-negara Norwegia dan Swedia.
4)      Riwayat keluarga
Bila salah seorang anggota keluarga (ibu atau nenek) memiliki massa tulang yang rendah atau mengalami osteoporosis maka ada kecenderungan seseorang mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal yang sama.
5)      Tipe tubuh
Semakin kecil rangka tubuh maka semakin besar resiko terkena osteoporosis. Demikian pula dengan wanita yang mempunyai tubuh kurus cenderung mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena osteoporosis daripada yang mempunyai bentuk tubuh yang lebih besar.
6)      Menopause
Pada masa menopause terjadi kehilangan kalsium dari jaringan tulang. Osteoporosis pada menopause terjadi akibat jumlah estrogen dan progesterone menurun. Hormone estrogen diproduksi wanita dari massa kanak-kanak sampai dewasa. Pada massa menopause, hanya bagian tubuh seperti kelenjar adrenalin dan sel-sel lemak yang memproduksi estrogen, itupun dalam jumlah yang kecil. Hormone tersebut diperlukan utnuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang. Rendahnya hormone estrogen dalam tubuh akan membuat tulang menjadi keropos dan mudah patah. Selain karena meningkatnya umur, menopause dapat juga terjadi karena pengangkatan ovarium pada wanita. Umumnya pengangkatan ovarium dilakukan sebagai solusi akhir dari penanganan penyakit kandungan, misalnya disebabkan adanya penyakit kanker dan lainnya.
 
Faktor resiko yang dapat dikendalikan
Faktor resiko yang dapat dikendalikan maksudnya yaitu bila faktor-faktor penyebab tersebut dilaksanakan dengan benar maka hal-hal yang tidak diinginkan dapat diantisipasi.
1)      Merokok
Resiko terkena osteoporosis pada perokok dua kali lebih besar disbanding dengan yang bukan perokok. Hal ini disebabkan kandungan zat nikotin yang ada pada rokok akan mempercepat penyerapan tulang. Selain itu, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormone estrogen dalam tubuh berkurang, sehingga susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan.
2)      Malas olahraga teratur atau kurangnya beraktivitas.
Olahraga yang tidak teratur akan memicu terjadinya osteoporosis, karena olahraga berfungsi memicu sel tulang untuk lebih aktif membentuk massa, sehingga terbentuk tulang yang kuat. Wanita yang malas olahraga akan terhambat proses pembentukan massa tulangnya (osteoblast), juga kepadatan tulang akan berkurang.
3)      Peminum kopi yang berlebihan
Yang dimaksud peminum kopi yang berlebihan adalah apabila seseorang minum kopi tiga cangkir sehari. Apabila hal ini terjadi selama dua minggu saja, maka kafein yang terkandung dalam kopi akan meningkatkan air seni peminum kopi tersebut dan kandungan air seni yang keluar ini lebih banyak mengandung kalsium. Karena kalsium banyak terbuang melalui air seni, akan mengakibatkan terjadinya pengeroposan tulang.
4)      Diet yang buruk
Bila makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan tulang. Makanan sumber kalsium, fosfor dan vitamin D yang dikonsumsi cukup sejak usia dini dapat membantu memperkuat massa tulang, mencegah pengaruh negatif dari berkurangnya keseimbangan kalsium dan mengurangi tingkat kehilangan massa kalsium pada tahun-tahun selanjutnya.
5)      Minum minuman beralkohol
Konsumsi alcohol dalam jumlah yang banyak (lebih dari 2 gelas sehari) dapat merugikan kesehatan karena akan mengganggu proses metabolisme kalsium pada tubuh. Alcohol dapat menyebabkan luka –luka kecil pada dindin lambung yang terjadi beberapa saat setelah minum-minuman beralkohol. Banyaknya luka –luka kecil akibat minum minuman beralkohol akan menyebabkan pendarahan. Hal ini daoat menyebabkan tubuh kekurangan banyak kalsium karena kalsium banyak terdapat dalam darah.
 
5.      Uraikan apa saja komplikasi osteoporosis
Pada tahap lanjut penyakit, penurunan densitas tulang mulai tampak sehingga pasien rentan terhadap fraktur. Karena terapi fraktur sering mengharuskan imobilisasi jangka panjang pada pasien usia lanjut, komplikasi yang dapat muncul seperti konstipasi, pneumonia, tromboembolus paru, sering terjadi dan biasanya merupakan penyebab utama kematian. 
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan


6.      Bagaimana penanganan dan pencegahan osteoporosis
PENATALAKSANAAN
·         Diet kaya kalsium vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri atas tiga gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (missal keju swiss, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
·         Pada menopause, terapi penggantian hormone (HRT=hormone replacement therapy) dengan estrogen dan progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Terapi esterogen sering dihubungkan dengan sedikit peningkatan insiden kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa payudaranya tiap bulan dan diperiksa panggulnya, termasuk usapan papanicolau dan biopsy endometrial (bila ada indikasi) sekali atau dua kali setahun.
·         Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium flourida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intramuscular. Efek samping (misalnya gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urine) biasanya ringan dan hanya kadang-kadang dialami. Natrium flourida memperbaiki aktivitas osteoblatik dan pembentukan tulang; namun kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian. Namun etidronat yang menghalangi resorpsi tulang osteoblastik sedang dalam penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis.
PENCEGAHAN
·         Anjurkan penderita untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara kekuatan, kelenturan dan koordinasi system neuromuscular serta kebugaran, sehingga dapat mencegah risiko terjatuh. Berbagai latihan yang dapat dilakukan meliputi berjalan 30-60 menit/hari, bersepeda maupun berenang.
·         Jaga asupan kalsium 1000-1500 mg/hari, baik melalui makanan sehari-hari maupun suplementasi.
·         Hindari merokok dan minum alcohol
·         Diagnosis dini dan terapi yang tepat terhadap defisiensi testosterone pada laki-laki dan menopause awal pada wanita
·         Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan yang dapat menimbulkan osteoporosis
·         Hindari mengangkut barang-barang yang berat pada penderita yang sudah osteoporosis
·         Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan penderita terjatuh, misalnya lantai yang licin, obat-obat sedative, dan obat anti hipertensi yang dapat menyebabkan hipotensi ortostatik.
·         Hindari defisiensi vitamin D, terutama pada orang-orang yang kurang terpajan pada sinar matahari atau pada penderita fotosensitivitas, misalnya SLE. Bila diduga ada defisiensi vitamin D, maka kadar 25(OH)D serum harus diperiksa. Bila serum 25 (OH)D menurun maka suplementasi vitamin D 400 IU/hari atau 800 IU/hari pada orang tua harus diberikan. Pada penderita dengan gagal ginjal, suplementasi 25(OH)D harus dipertimbangkan.
·         Hindari peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal dengan membatasi asupan Natrium sampai 3 gram/hari untuk meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal. Bila ekskresi kalsium lebih dari 300 mg/hari maka berikan diuretic tiazid dosis rendah (HCT 25 mg/hri).
·         Pada penderita yang memerlukan glukokortikoid dosis tinggi dan jangka panjang, usahakan pemberian glukokortikoid dengan dosis serendah mugkin dan sesingkat mungkin.
·         Pada penderita Arthtritis Rheumatoid dan arhttritis inflamasi lainnya, sangat penting mengatasi aktifitas penyakitnya, karena hal ini akan mengurangi rasa nyeri dan penurunan densitas massa tulang akibat arthtritis inflamasif yang aktif.
Daftar Pustaka

  1. Anonym. 2009. http://anakkomik.blogspot.com/2009/12/dasar-dasar-pemeriksaan-densitas-massa.html (akses : 7 November 2011)
2.      Dochterman, Joanne McCloskey. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth Edition. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier.
  1. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran.ed. 3. Jakarta: Media Aesculapius.
4.      Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier
5.      NANDA Internasional 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC
6.      Purwoastuti, Endang. 2009. Waspada! Osteoporosis. Yogyakarta : Kanisius
  1. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC
8.      Setiohadi, Bambang. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Volume III. Jakarta : Internapublising
  1. Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC
10.  Team Medicastore. 2010. Pencegahan Osteoporosis. Web.  http://www.medicastore.com/osteoporosis/artikel_utama/21/Pencegahan_Osteoporosis.html (akses : 11/8/2011)
11.  The National Osteoporosis Foundation. Moving Savely/Protecting The Spine. 2011. http://www.nof.org/aboutosteoporosis/preventingfalls/preventingfalls (Akses : 8/11/2011)
12.  The National Osteoporosis Foundation. Preventing Falls and Broken Bones. 2011. http://www.nof.org/aboutosteoporosis/preventingfalls/preventingfalls (Akses : 8/11/2011)
  1. Wirakusumah, Emma S. 2007. Mencegah Osteoporosis. Jakarta : Penebar Swadaya